Oleh: Rosdiana
KOHATI
KOHATI singkatan dari Korp
HMI-Wati (pasal 1 ayat a PDK), yang didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386
H bertepatan dengan tanggal 17 September 1966 pada Kongres VIII di Solo (pasal
2 ayat a PDK). KOHATI bertujuan (pasal 3) terbinanya muslimah yang berkualitas
insan cita (akademis, pencipta, pengabdi, bernafaskan islam, bertanggungjawab
terhadap terwujudnya masyarakat adil dan makmur). KOHATI berfungsi sebagai
wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader dalam wacana dan dinamika
keperempuan (pasal 6 PDK). Peran KOHATI (pasal 7 PDK) adalah sebagai pencetak
dan pembina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai
ke-Islam-an dan ke-Indonesia-an.
Gagasan pembentukan KOHATI
lahir pas musyawarah kerja HMI jaya pada tanggal 12 desember 1965 dengan maksud
lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota HMI Putri dan ikut serta
dalam melaksanakan cita-cita perjuangan bangsa melalui satu wadah dan membentuk
HMI-Wati menjadi kader-kader yang peduli pada organisasi kemasyarakatan, sosial
politik serta bidang kewanitaan.
Kemudian KOHATI dikukuhkan
dengan Surat Keputusan No. 239/A/Sek/1966 tertanggal 11 juni tentang
pembentukan Korp HMI-Wati. Untuk sementara korp ini dibentuk daalam tingkatan
cabang, komisariat dan rayon dengan status semi otonom. Pembentukan KOHATI
secara nasional dilaksanakan pada kongres VIII HMI di Surakarta tanggal 10-17
september 1966, dalam sub komisi musyawarah HMI-Wati telah memtuskan mendirikan
Korps HMI-Wati disingkat KOHATI tanggal 17 september 1966. Dalam buku lain dijelaskan
latar belakang berdirinya KOHATI karena situasi politik akibat meletusnya
Gestapu/PKI. Untuk mempersatukan seluruh guna menumpas kekuatan gerakan 30
september, muncullah kesatuan kesatuan aksi termasuk Kesatuan Aksi Wanita
Indonesia (KAWI). Dan sebagai perwakilan HMI-Wati dibentuklah KOHATI. Selain
itu situasi intern HMI sendiri, didirikan lembaga-lembaga khusus yang bertujuan
mengembangkan keahlian dari anggotanya. Lahirlah KOHATI dimaksudkan untuk
meningkatkan dan mengembangkan kegiatan serta pembinaan HMI-Wati di bidang
kewanitaan baik intern maupun ekstern HMI.
Agusalim dalam makalah yang
disampaikan pada seminar sejarah KOHATI di Yogyakarta 19-20 november 1982,
memaparkan bahwa yang menjadi latar belakang berdirinya KOHATI adalah :
- karena semangat dan jiwa islam yang tertanam pada setiap anggota HMI- Wati yang menempatkan wanita pada tempat wajar.
- karena semangat dan realisasi emansipasi wanita yang diperjuangkan oleh RA Kartini.
- karena tuntutan HMI sendiri, karena secara kuantitas maupun kualitas memungkinkan sekali mendirikan KOHATI sebagai badan khusus yang bergerak di bidang kewanitaan.
- kondisi intern yaitu dengan berdirinya sebagai korp di kalangan angkatan bersenjata, memacu semangat HMI-Wati mendirikan wadah sejenis.
- faktor politik, agar HMI-Wati ikut bersama kelompok wanita lain bekerjasama menumpas Gestapu/ PKI.
- karena berdirinya lembaga –lembaga khusus dalam HMI seperti LDMI, LKMI, LSMI, LPMI, LAPMI, dan lain lain.
- dalam rangka peningkatan dan pengembangn kegiatan dan pembinaan HMI-Wati di bidang kewanitaan dalam rangka pembentukan kader HMI-Wati sebagai patriot komplit.
Ada dua alasan mengapa KOHATI menurut
Panduan Dasar KOHATI (PDK) pada saat itu didirikannya, yaitu:
- Secara internal, departemen keputrian yang waktu itu sudah ada tidak mampu lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota tentang berbagai persoalan keperempuan kurang bisa difasilitasi oleh HMI. Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi HMI-Wati, diharapkan secara internal, HMI-Wati dapat memiliki keleluasaan untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya sendiri (HMI-Wati).
- Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan dengan hadirnya lawan “ideologi” HMI yaitu komunisme yang masukk melalui pintu gerakan perempuan (gerwani). Selain itu maraknya pergerakkan keperempuan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan dengan berbagai variasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi gerakannya membuat HMI harus :merapatkan barisannya” dengan cara terlibat dalam kancah gerakan perempuan berbasis organisasi perempuan.
Atas pertimbangan itulah
KOHATI didirikan, dengan terpilihnya Anniswati Rochlan (sekarang dikenal dengan
Anniswati M. Kamaluddin) sebagai Ketua Umum KOHATI pertama pada waktu itu.
Sesuai dengan ide dasar
pembentukkannya, maka proses pembinaan di KOHATI ditujukan untuk peningkatan
kualitas dan peranannya dalam wacana keperempuan. Ini dimaksudkan bahwa ativitas
HMI-Wati tidak saja di KOHATI dan HMI, tetapi juga dalam masyarakat luas,
terutama dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana keperempuan. Dengan demikian,
maka jelas bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian
tujuan HMI.
Untuk dapat menjalankan
peranannya dengan baik maka KOHATI harus membekali dirinya dengan meningkatkan
kualitasnya sehingga anggota KOHATI memiliki watak dan kepribadian yang teguh.
Kemampuan intelektual, kemampuan profesional serta kemandirian dalam merespon,
mengantisipasi berbagai wacana keperempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Peningkatan kualitas ini,
dilakukan KOHATI melalui proses pembinaan yang terencana dan terarah melalui
serangkaian aktifitasnya. Dalam lingkup melakukan aktivitas sehari-hari, baik
dalam konteks pembinaan kader di lingkup intern HMI maupun dalam konteks
perjuangan di lini gerakan perempuan di lingkup ekstern HMI, ada beberapa
prinsip-prinsip (kode etik) yang harus dipegang dalam menjalankan aktivitas.
Berbagai prinsip atau kode etik tersebut adalah:
- Ta’aruf (pengenalan)
- Tafahum (saling sefaham)
- Ta’awwum (saling tolong menolong)
- Takaful (saling berkesinambungan)
MAKNA HARI LAHIR
Beberapa saat lagi, genap
sudah 43 tahun KOHATI mewarnai perjalanan HMI, baik intern maupun ekstern.
Selama itu banyak hal yang telah tercapai namun banyak juga yang belum terwujud.
Setiap lembaga pasti mempunyai hari lahirnya, dan masing-masing punya cara
untuk merayakannya.
Hari lahir atau yang lebih
akrkrab disebut HARLA adalah waktu intropeksi kembali, melihat ke belakang dan
menata masa depan secara lebih baik lagi. HARLA KOHATI tahun ini sungguh luar
biasa dan istimewa karena bersamaan dengan bulan suci Ramadhan. HARLA ini
adalah sebuah momen yang sangat bersejarah dalam perjalan KOHATI khususnya dan
HMI secara umumnya. Yakni sebuah tekad yang bulat untuk mewujudkan tujuan
KOHATI sebagai perpanjangan dari tujuan HMI.
Lalu apa makna Hari lahir
(HARLA) KOHATI?. Makna HARLA adalah memulai suatu kehidupan yang baru, memulai sesuatu
yang baru, sebagaimana awal dalam menjalani cita-cita KOHATI yang dimulai
betul-betul dari bawah, dari awal perjalanan berdirinya KOHATI hingga sekarang
ini.
Kalau biasanya pada saat HARLA
mendapatkan ucapan selamat, dari anggotanya. Namun bagi KOHATI kado terindah adalah
para kadernya mampu memanifestasikan apa yang menjadi acuan perjuangan yang
tertera dalam PDK dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang
melahirkan kader-kader KOHATI yang menjadi jembatan bagi saudara-saudaranya,
lingkungannya, terkhusus dirinya pribadi. Selain doa yang indah, tentunya
adalah kebersamaan (ukhuwah) yang dilandasi iman, dan kebersihan hati dalam
menyikapi persoalan yang akan dihadapi. Inilah yang harus dimiliki para kader
KOHATI hari ini, esok dan tentunya selamanya.
POSISI KOHATI DI HMI
Sebagai organisasi kader, misi
HMI dapat ‘dibantu’ dikembangkan dalam bidang keperempuanan. Namun perubahan
yang mendasar dapat dilakukan dalam suatu wadah pengembangan organisasi, yang
di HMI disebut dengan KOHATI. Eksistensi KOHATI menjadi satu hal yang sangat
penting, karena ia menjadi “laboratorium hidup” dalam menghasilkan HMIWati yang
berkualitas menghadapi masa depan. Kualitas yang dihasilkan adalah kualitas
terbaik sebagai seorang putri terhadap orang tuanya, seorang ibu bagi
anak-anaknya, seorang istri bagi suaminya kelak, serta menjadi seorang anggota
masyarakat.
Adalah suatu
hal naif bila dikatakan eksistensinya menjadi kehilangan makna. Di kelompok
manapun, suatu kelembagaan berdasarkan segragasi seks niscaya diperlukan.
KOHATI (Korp HMI Wati) sebagai sebuah lembaga keperempuanan yang ada di
Himpunan Mahasiswa Islam tentulah juga memiliki peran penting dalam pergerakan
perempuan di Indonesia. Sejak didirikannya pada tanggal 17 September 1966,
peranannya dirasakan bukan hanya di lingkungan internal organisasi, namun pula
masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai
lembaga perkaderan, KOHATI sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, yakni
terbinanya muslimah yang berkualitas insan cita. Berbagai dinamika perkembangan
KOHATI dari periode ke periode menunjukkan karakter dan pencirian yang
berbeda-beda. Misalnya saja dapat dilihat pada awal pembentukannya, terdapat
tiga semangat yang melatarbelakangi lahirnya KOHATI ini, yakni eksistensi,
aktualisasi serta akselerasi.
Eksistensi
yang dimaksud adalah adanya suatu semangat dan kesadaran dari kaum hawa untuk
dapat menjadi subjek dalam pembangunan bangsa. Sedangkan, aktualisasi bermaksud
untuk menyatakan dalam tindakan nyata untuk mengadakan pembaharuan dan
perbaikan dalam menghadapi tantangan zaman yang senantiasa berubah. Serta,
akselerasi adalah semangat dalam melakukan percepatan peran sosiologis dan
politis, yang ditunjukkan sebagai lembaga.
Tentulah
sejak didirikan, KOHATI mengalami tantangan zaman yang luar biasa
mempengaruhinya. Almarhum Anniswati secara luar biasa pula pernah menuliskan
bahwa ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita bersama dengan
keberadaan lembaga ini. Hal tersebut antara lain peningkatan kualitas KOHATI
secara periodik dan kontinue di tingkat pusat, regional dan cabang;
kepemimpinan KOHATI yang handal, kompak dan terdiri atas berbagai disiplin
ilmu, adanya pemanfaatan para alumniwati di setiap periode bagi perkembangan
KOHATI; adanya pembinaan langsung dari HMI; serta berbagai program tukar
informasi. Dikatakan luar biasa karena keseluruhan yang disebutkan oleh beliau
masih dirasakan sampai sekarang.
UKHWUWAH ISLAMIYAH
“Tidaklah dua orang muslim
berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum
keduanya bepisah.” (H.R. Abu Daud)
Diriwayatkan oleh Imam Mlik
dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah bahwa ia berkata:
“Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang
murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang
sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta
pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka,’Ini Muadz
bin Jabal.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku dating ke masjid itu lagi
dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu ampai dia
selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku
berkata,’Demi Alloh aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Alloh tidak lebih
kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Alloh aku cintai’. Lalu ia memegang ujung
selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya
aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Alloh berfirman, cinta-Ku pasti
akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling
mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”
Makna Ukhuwah Islamiyah
Kata ukhuwah berakar dari kata
kerja akha, misalnya dalam kalimat “akha fulanun shalihan”, (Fulan menjadikan
Shalih sebagai saudara). Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah
Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan aqidah.
Hakekat Ukhuwah Islamiyah:
1.Nikmat Allah (Q.S. 3:103)
2.Perumpamaan tali tasbih
(Q.S.43:67)
3.Merupakan arahan Rabbani
(Q.S. 8:63)
4.Merupakan cermin kekuatan
iman (Q.S.49:10)
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:
Perbedaan Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Jahiliyah:
Ukhuwah Islamiyah bersifat
abadi dan universal karena berdasarkan akidah dan syariat Islam
Ukhuwah Jahiliyah bersifat
temporer (terbatas waktu dan tempat), yaitu ikatan selain ikatan akidah
(missal:ikatan keturunan orang tua-anak, perkawinan, nasionalisme, kesukuan,
kebangsaan, dan kepentingan pribadi)
Peringkat-peringkat Ukhuwah:
Ta’aruf adalah saling mengenal
sesama manusia. Saling mengenal antara kaum muslimin merupakan wujud nyata
ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)Ta’awun adalah saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
Abu Hurairah r.a., dari Nabi Muhammad saw., beliau bersabda, “Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barang siapa menutupi aib di hari kiamat. Allah selalu menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya.” (H.R. Muslim)Ta’awun adalah saling membantu tentu saja dalam kebaikan dan meninggalkan kemungkaran
Hal-hal yang menguatkan
ukhuwah islamiyah:
1. Memberitahukan kecintaan kepada yang
kita cintai
2. Memohon didoakan bila berpisah
3. Menunjukkan kegembiraan dan senyuman
bila berjumpa
4. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali
non muhrim)
5. Sering bersilaturahmi (mengunjungi
saudara)
6. Memberikan hadiah pada waktu-waktu
tertentu
7. Memperhatikan saudaranya dan membantu
keperluannya
8. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya
9. Mengucapkan selamat berkenaan dengan
saat-saat keberhasilan
Manfaat Ukhuwah Islamiyah
1. Merasakan lezatnya iman
2. Mendapatkan perlindungan Allah di hari
kiamat (termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi)
3. Mendapatkan tempat khusus di surga (Q.S.
15:45-48)
Di antara
unsur-unsur pokok dalam ukhuwah adalah cinta. Tingkatan cinta yang
paling rendah adalah husnudzon yang menggambarkan bersihnya hati dari
perasaan hasad, benci, dengki, dan bersih dari sebab-sebab permusuhan
Al-Qur’an
menganggap permusuhan dan saling membenci itu sebagai siksaan yang dijatuhkan
Allah atas orang0orang yang kufur terhadap risalahNya dan menyimpang dari
ayat-ayatNya. Sebagaiman firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Ma’idah:14
Ada lagi
derajat (tingkatan) yang lebih tinggi dari lapang dada dan cinta, yaitu
itsar. Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudaranya atas
kepentingan diri sendiri dalam segala sesuatu yang dicintai.
Ia rela lapar demi kenyangnya orang lain. Ia rela haus demi puasnya prang lain.
Ia rela berjaga demi tidurnya orang lain. Ia rela bersusah payah demi
istirahatnya orang lain. Ia pun rela ditembus peluru dadanya demi selamatnya
orang lain.
Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Islam menginginkan dengan sangat agar cinta dan persaudaraan antara sesama manusia bisa merata di semua bangsa, antara sebagian dengan sebagian yang lain. Islam tidak bisa dipecah-belah dengan perbedaan unsur, warna kulit, bahasa, iklim, dan atau batas negara, sehingga tidak ada kesempatan untuk bertikai atau saling dengki, meskipun berbeda-beda dalam harta dan kedudukan.
Makna Ukhwuwah Islamiyah
Untuk menggambarkan dalamnya
persaudaraan dalam Islam (ukhuwah Islamiyah), Allah SWT menggunakan kata
ikhwah, yang berarti ''saudara kandung'' (Q.S. 49: 10).
Ini berbeda dengan ikhwan,
yang artinya ''berteman'', sebagaimana digunakan Allah dalam surat Ali 'Imran
103, untuk melukiskan bagaimana suku-suku Arab pada zaman Jahiliyah yang semula
bermusuh-musuhan, kemudian bersatu setelah memeluk Islam.
Jadi, setelah berada dalam
satu agama, setiap muslim adalah teman bagi yang lain. Dan setelah keislaman
itu meningkat, setiap muslim seharusnya dapat memandang muslim lain sebagai
saudara kandungnya.
Ukhuwah Islamiyah dapat
diwujudkan -- seperti disabdakan Nabi SAW -- antara lain dalam bentuk bahwa
seorang muslim harus dapat mencintai muslim lain sebagaimana ia mencintai diri
sendiri; bahwa seorang muslim harus dapat merasakan kesulitan yang dialami
muslim lain, sebagaimana sakit pada satu anggota tubuh dirasakan oleh seluruh
anggota tubuh lain; bahwa seorang muslim harus saling menyokong, sebagaimana
satu bagian bangunan menyangga bagian lain.
Di dalam Alquran, Allah SWT
meminta agar seorang muslim tidak memusuhi, mencaci, mengolok-olok, dan
berburuk sangka kepada muslim lain (Q.S. 49: 9-12). Yang perlu dikembangkan
justru sikap saling memaafkan (Q.S. 24: 22). Bahkan sesama muslim perlu saling
mendoakan (Q.S. 3: 159) dan awliya', lindung-melindungi (Q.S. 9: 71).
Kita jangan seperti orang
kafir yang mengambil Taghut sebagai pelindung, karena mereka berjuang untuk
keangkaramurkaan (Q.S. 2: 257 dan 4: 76). Dan kita jangan seperti orang munafik
yang saling menyokong justru dalam menganjurkan yang munkar, melarang yang
makruf, kikir, dan tak mengindahkan Allah (Q.S. 9: 67).
Persaudaraan Islam menghendaki
wujud nyata, yaitu minimal pengorbanan dalam harta benda. ''Jika mereka tobat,
mendirikan salat, dan membayar zakat, barulah mereka teman kalian seagama,''
tegas Allah SWT (Q.S. 9: 11). Yang harus dikeluarkan bukan hanya zakat, tapi
juga infak (Q.S. 2: 195), yaitu kewajiban keuangan yang besarnya tergandung
kerelaan (iman) penyumbang.
Wujud persaudaraan dalam Islam
bahkan sampai kepada kesediaan mengorbankan nyawa. Allah berfirman: ''Bagaimana
kalian tiadakan berperang di jalan Allah bagi orang-orang tertindas --
laki-laki, perempuan, dan anak-anak itu -- yang berseru, 'Ya Tuhan kami,
keluarkanlah kami dari kota ini, yang penduduknya berbuat zalim. Berilah kami
perlindungan dari-Mu. Dan berilah kami pembela''' (Q.S. 4: 75).
Hakikat Ukhuwah yang Sebenarnya
Islam telah memberikan
perhatian penuh akan adanya ikatan yang kuat pada sendi-sendi ukhuwah yang
melahirkan di dalamnya cinta kerana Allah SWT dan menjadikan ukhuwah sebagai
wasilah pengikat jiwa dan hati dan merupakan dasar pokok-pokok keimanan yang
tidak akan sempurna keimanan seseorang kecuali dengannya dan tidak akan dapat direalisasikan
kecuali dengan keberadaannya; bahkan dijadikan sebagai ikatan yang paling erat
dari pokok-pokok keimanan dan kesempurnaan nilai-nilainya. Allah swt berfirman:
“Hanyalah orang-orang beriman yang bersaudara”. (QS Al-Hujurat :10).
Dan Nabi saw bersabda:
“Seorang muslim adalah saudara dengan muslim lainnya, tidak boleh menzaliminya,
tidak membiarkannya, tidak merendahkannya dan tidak menghinakannya” . (Muttafaq
alaih).
Dan Nabi saw juga bersabda:
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam kasih sayang, cinta kasih dan empati
adalah seperti satu tubuh, jika salah satu tubuh darinya mengadu pada suatu
penyakit maka anggota tubuh lainnya akan merasa sakit dan demam”. (Muttafaq
alaih)
Oleh kerana itulah di antara
salah satu rukun dari rukun bai’ah kita adalah ukhuwah, dan di antara salah
satu dasar perbaikan sosial secara universal yang dibawa oleh Islam adalah
memproklamasikan adanya ukhuwah di antara umat manusia.
Makna Ukhwuwah
Imam al-Muassis (perintis)
Hasan Al-Banna semoga Allah merahmatinya berkata: “Yang saya maksudkan dengan
ukhuwah adalah : mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini dengan ikatan aqidah,
dan aqidah merupakan ikatan yang paling kukuh dan paling mahal harganya, dan
ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan adalah teman dari kekufuran,
kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada persatuan tanpa cinta, dan
cinta yang paling rendah adalah lapang dada, sementara yang paling tinggi
adalah itsar(mengutamakan saudaranya).
“Dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah
orang orang yang beruntung”. (QS Al-Hasyr : 9)
Al-akh yang jujur adalah yang
melihat saudaranya lebih utama daripada dirinya sendiri; kerana jika tidak
dengan mereka maka dirinya tidak bersama dengan yang lainnya dan jika mereka
tidak bersama dengannya maka mereka akan bersama dengan yang lainnya;
Sesungguhnya serigala akan makan kambing yang tersesat sendirian”. (HR Abu Daud
dan ditashih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Dan nabi bersabda:“Seorang
mu’min terhadap mu’min yang lainnya seperti bangunan, saling memperkukuh
sebahagiannya dengan sebahagian lainnya”. (Muttafaq alaih) “Dan orang-orang
beriman laki-laki dan wanita sebahagian mereka menguatkan sebahagian lainnya”.
(QS At-Taubah : 71).Demikianlah Yang Seharusnya Berlaku.
Ukhuwah menurut kami adalah agama,
dan jamaah ini masih terus :
1. Bercita-cita
dan bersemangat untuk mewujudkan ukhuwah yang benar dan sempurna di antara
mereka.
2. Bersungguh-sungguh
untuk tidak mengeruhkan kemurnian dan kesucian hubungan mereka sedikitpun
3.
Menyedari
bahwa ukhuwah dalam agama adalah sebaik-baik wasilah yang dapat mendekatkan
diri dengannya kepada Allah.
4.
Tetap
memelihara kemuliaan darjat yang tinggi.
5. Bercita-cita
untuk sentiasa memperhatikan hak-haknya sehingga mampu membersihkan hal-hal
yang boleh mengeruhkan suasana dan dari bisikan-bisikan syaitan dan para ulama
telah menjadikan serendah-serendah darjat ukhuwah adalah berinteraksi dengan
saudaranya dengan apa yang dicintai dalam berinteraksi dengannya.
Dan di antara hak-hak ukhuwah
adalah sabar terhadap kesalahan al-akh sampai dirinya mampu mengembalikannya
kepada kebenaran tanpa diperbesarkan (disiarkan) akan kesalahannya atau
menyebarkan kesalahan dan kekeliruannya.
Abu Darda berkata: “Jika
saudara kamu berubah dan bertingkahlaku berbeza dari apa yang ada dalam dirinya
maka janganlah ditinggalkan kerana hal tersebut; kerana boleh jadi saudara kamu
bengkok (salah) pada suatu ketika namun lurus kembali pada ketika yang lain”.
Ibrahim An-Nakha’i berkata: “Janganlah engkau memutus hubungan saudara atau
meninggalkannya di sisi serigala, kerana boleh jadi suatu kali dirinya salah
namun esoknya dapat ditinggalkan”.
Dalam atsar yang lain
disebutkan: Nabi Isa berkata kepada al-hawariyun: Bagaimana kamu memperlakukan
saudara kamu jika melihatnya tidur lalu angin bertiup dan menyingkap
pakaiannya? Mereka menjawab: akan kami singsingkan bajunya dan menutupinya.
Nabi Isa berkata: namun kamu akan menyingkapkan auratnya! Mereka berkata: Maha
suci Allah! Siapakah yang melakukan demikian? Beliau berkata: Salah seorang
dari kamu yang mendengar ucapan tentang saudaranya kemudian ditambah-tambah
olehnya dan disebarkannya dengan sesuatu yang lebih darinya”.
Dan bahkan pada ketika berbeza
pendapat dengan saudaramu yang lain, maka ikatan ukhuwah seharusnya mampu
melindungi mereka dari terjadinya saling membuka aib atau menyebarkan syubhat
atau membuat cerita bohong dan hendaknya mereka memelihara ungkapan seorang ulama
fiqh iaitu Imam Syafi’i semoga Allah merahmatinya: “Orang yang merdeka adalah
orang yang mampu melindungi kasih sayang sesaat, dan patuh pada orang yang
memanfaatkannya ucapannya”.
Dan disebutkan : Jika terjadi
ghibah (umpatan) maka hilanglah ukhuwah. Begitu indah dan lembut ungkapan
seorang salaf yang menyampaikan nasihat kepada saudaranya :
“Sampaikanlah kepada saya;
saya telah jahat seperti yang engkau katakan Kerana itu, di manakah kasih
sayang dalam ukhuwah Atau jika kamu jahat sebagaimana aku jahat
Maka, dimanakah kurniamu dan kasih sayangmu”.
Maka, dimanakah kurniamu dan kasih sayangmu”.
Dan bukanlah bahagian dari
akhlak seorang akh muslim ketika ia selalu menceritakan sebab-sebab keaiban
pada ketika ia berbeza pendapat dengan saudaranya atau yang lainnya, atau
berusaha meremehkan kelebihannya, atau menghina perbuatan dan pemberiannya.
Al-Faruq, Umar bin Al Khattab memberikan satu nasihat: “Janganlah cintamu
dijadikan sebagai bebanan, dan jangan jadikan pula marahmu sebagai kehancuran.
Kemudian ada yang bertanya: apakah maksudnya? Umar berkata: “Jika kamu
mencintai, jangan berlebihan seperti cintanya seorang bayi pada sesuatu secara
berlebihan, dan jika kamu marah maka jangan membuatkan kamu senang dengan
hancurnya saudara kamu dan celaka”. (HR Bukhari dalam kitab Al Adab).
Hasan bin Ali berkata:
“Janganlah kamu berlebihan dalam mencintai sesuatu, dan jangan pula berlebihan
dalam membenci sesuatu, dan barangsiapa yang menemukan pada saudaranya tanpa
(penutup) maka janganlah disingkap lagi”. Dan di antara hak-hak ukhuwah adalah
memberikan nasihat dengan adab-adab syar’i :
1. Jangan diceritakan di depan
umum.
2. Jangan disakiti dihadapan
khalayak ramai dan pada suatu institusi.
3. Jangan diungkap rahsia
dirinya.
4. Jangan dibuat-buat cerita
yang dusta.
5. Tidak dibenarkan penggunaan
segala cara terhadap suatu kesalahan.
6. Tidak ada “mujamalah” dalam
menghitung suatu kebenaran.
7. Tidak cenderung kepada
sakit hati dan kemenangan kepada hawa nafsu.
8. Harus dengan nasihat yang
aman dan benar serta jujur.
9. Bebas dari tuduhan.
10. Ditunaikan sesuai dengan
amanah.
11. Diiringi dengan kasih
sayang.
12. Mampu menumbuhkan perasaan
ukhuwah.
Ukhuwah Adalah Rahsia Kekuatan Dakwah kita
Sesungguhnya ukhuwah yang kami
sebutkan hak-haknya, wahai saudaraku adalah sebuah batu yang mampu
menghancurkan gelombang konspirasi dan usaha menguasai dakwah kita yang penuh
berkah ini dan ia merupakan titik awal sebuah kemenangan. “Dan jika mereka
bermaksud menipumu. Maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu) .
Dialah yang memperkuatkanmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mu’min, dan
yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha gagah lagi Maha Bijaksana. Hai Nabi, cukuplah Allah
(menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mu’min yang
mengikutimu”.(QS.Al-Anfaal : 62-64)
Nabi saw telah memberitahu
kita dengan jelas dan terang:
“Jauhilah kamu akan buruk
sangka, kerana buruk sangka adalah sedusta-dusta ucapan, dan janganlah kamu
saling menduga-duga, jangan saling mengintai, jangan saling hasad, jangan
saling berkonspirasi, jangan saling benci (marah), namun jadilah kamu hamba
Allah yang saling bersaudara”. (Muttafaq alaih).
Umat Islam di zaman awal
memahami dari Islam akan makna ukhuwah ini, meresap ke dalam aqidah dan agama
Allah secara kekal akan perasaan cinta dan bersatu serta berkasih sayang dan
fenomena yang paling mulia adalah ukhuwah dan ta’aruf sehingga seakan-akan
mereka menjadi peribadi yang satu, satu hati, satu tangan, maka Allah pun
mewujudkan pada mereka kemenangan, kemuliaan dan kejayaan.
Oleh kerana itu, marilah kita
berpegang teguh pada ukhuwah yang kekal ini yang niscaya tidak akan hilang
sekalipun dunia akan hancur, sekalipun hari-hari akan hilang dan berlalu namun
ukhuwah akan tetap kekal sepanjang masa dan hendaklah kita terus memelihara dan
bercita-cita untuk menunaikan hak-hak ukhuwah ini, merasakan nilai-nilainya,
menjaga wirid Rabithah setiap hari.
Bersihkan Hati Setiap Hari
Dalam kehidupan sehari-hari,
seringkali orang merasa dirinya tiada dosa. Padahal, sekecil apapun, dosa-dosa
itu tetap saja mengotori. Hati kita sangat peka terhadap kotoran. Walau kita
merasa tidak mengotorinya, pasti ada saja noda masuk dan menutupinya. Tadinya
bisa jelas melihat kebaikan dan keburukan, lalu menjadi kabur karena tertutupi
syahwat dan kepentingan pribadi.
Dalam sebuah perjalanan
melewati padang pasir yang gersang, Rasulullah SAW bersama para sahabat
berhenti sejenak. “Cari dan kumpulkan ranting-ranting kayu” kata Rasulullah.
Para sahabat heran, bagaimana mengumpulkan ranting kayu di tengah padang pasir?
“Kalau mencari ranting kayu di sini, tentu tidak ada, ya Rasul?” sahut para
sahabat. “Cari dan kumpulkan ranting kayu!” Rasulullah mengulang perintahnya.
“Bagaimana akan kita kumpulkan ranting di padang pasir ini? Padahal pohonnya
saja tak tumbuh di sini?” “Carilah dan kumpulkan ranting kayu” kata Rasulullah
sekali lagi.
Para sahabat pun akhirnya
mengais-ngais pasir ke sana kemari. Ada satu dua ranting ditemukan dan
dikumpulkan. Tak disangka, setelah beberapa lama, ternyata ranting kayu yang
terkumpul jumlahnya cukup banyak. “Wahai sahabat, berkumpullah kemari!”
Rasulullah memanggil. Para sahabat pun menyambutnya dan mendengarkan pesan yang
akan disampaikan beliau dengan penuh perhatian. “Seperti inilah dosa-dosamu
setiap hari. Sepertinya terlihat tidak ada, padahal kelak di hadapan ALLAH SWT
ternyata terkumpul banyak.” Para sahabat terhenyak. Kini mereka sadar dan paham
dengan maksud Rasulullah. Kita harus selalu membersihkan hati setiap hari.
Pembersih hati itu antara lain dengan istighfar, mohon ampun kepada ALLAH.
Dengan hati yang bersih, pikiran pun jernih. Beramal kebaikan menjadi ringan
dan bertolong-menolong pun kian mudah dilakukan. Semoga ampunan ALLAH kita
dapatkan.
Bersihkan Hati Untuk Membangun Ummat
Kalau ada diantara kita yang
ditanya : berapa kali kamu membersihkan hatimu dalam sehari?, pasti dia akan
merasa heran dan kaget dengan pertanyaan ini. Dia akan tertegun sejenak dan
tidak tahu harus menjawab dengan apa !!. Tapi kalau ditanya : berapa kali kamu
mandi dalam sehari?, maka dia akan segera menjawab tanpa berfikir panjang lagi,
karena mandi dan memberisihkan anggota badan yang di luar adalah suatu hal yang
biasa dalam hidup kita, tetapi membersihkan hati dari kotorannya adalah suatu
hal yang masih jarang kita jumpai.
Saudara-saudaraku, kita bisa
saja sangat perhatian dengan kebersihan badan kita, tetapi kita tidak terlalu
memperhatikan wudhu’ kita !!. Apa kita bisa menyadari kenapa itu bisa terjadi
?. Ini disebabkan karena kita kurang memperhatikan kesucian bathin kita, hati
yang ada di dalam badan kita, bagaimana keadaan dan kondisinya sekarang?,
apakah hati itu masih hidup atau sudah hancur dan mati? Apakah dia dipenuhi
dengan keimanan yang hakiki atau justru dipenuhi dengan berbagai macam penyakit
yang merusak dan menghancurkannya?.
Sesungguhnya hati yang bersih,
suci dan penuh taqwa adalah hati yang terbebas dari penyakit iri, benci,
dendam, riya, hasad dan buruk sangka. Hati yang tidak disibukkan dengan
pergolakan jiwa yang dipicu oleh kebencian terhadap teman-temannya hanya karena
persoalan-persoalan dunia yang tiada nilainya, yang menyebabkan dia tidak bisa
tidur malam untuk menenangkan fikirannya di siang hari, dia senantiasa
memikirkan bagaimana caranya bisa membalas dendam.
Dari Abdullah bin ‘Amru dia berkata
: Rasulullah pernah ditanya, Siapakah orang yang paling utama ? Beliau menjawab
: “orang yang hatinya makhmum (suci), lidahnya jujur. Mereka (para
sahabat) berkata : Kami mengerti tentang lidah yang jujur, tapi apakah yang
dimaksud dengan hati yang makhmum ? Beliau menjawab : yaitu hati yang
bertaqwa lagi suci, tidak ada dosanya, tidak zhalim, tidak curang dan tidak
hasad ( dengki )”.
Bagaimanakah
dengan hati anda ? Kalau dia telah mati maka bersahabatlah dengan orang yang
hatinya masih hidup. Alangkah jauh bedanya antara orang sudah mati tapi ketika
mengingat mereka hati ( kita )menjadi hidup, dengan orang yang masih hidup
tetapi bergaul dengan mereka hati ( kita ) menjadi mati.
Luqman pernah menasehati
anaknya: wahai anakku, bergaullah dengan para ulama, dekatilah mereka, karena
sesungguhnya Allah menghidupkan hati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia
menghidupkan tanah dengan air hujan.
Wahai saudaraku, hati adalah
sumber kekuatan di tubuh, dia ibarat kunci kontak (untuk tubuh), kalau
seandainya dia bersih maka anggota tubuh yang lain akan berfungsi dengan baik,
tapi kalau seandainya dia rusak maka kemampuan menerima dan bekerja pada
anggota tubuh yang lain akan kacau dan tidak normal. Hati – sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam – merupakan sekumpulan
darah yang apabila dia baik maka seluruh anggota badan akan baik, dan apabila
dia rusak maka akan rusak juga seluruh anggota tubuh. Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wasallam bersabda: “ Sesungguhnya di dalam diri anak adam ada
segumpal darah, apabila dia baik maka baik pulalah semua anggota badan, dan
apabila dia rusak, maka rusaklah semua anggota badan, ketahuilah bahwa dia
adalah hati”. Sebuah penjelasan yang sangat sempurna (dari Rasulullah),
bagaimana tidak, karena beliau sudah diberi jawami’ kalim.
Ada suatu hal penting yang
harus mendapat perhatian serius dari kita, yaitu kita sering mendengarkan
Al-Qur’an, menghadiri majlis ilmu ( halaqah ), mendengarkan ceramah
agama, membaca buku dan sebagainya,
tetapi di mana manfaat semua itu....? Kenapa tidak ada bekasnya ? Kenapa akhlak
kita tidak menjadi lebih baik...? Kenapa perilaku kita tidak berubah? Dimana
letak kesalahannya? Apa penyebabnya?. Sebabnya tak lain adalah karena kita
tidak membiasakan diri dalam pendidikan keimanan, hati kita tidak mendapatkan
perhatian yang cukup. Sesungguhnya hati itu butuh untuk dibersihkan secara
terus menerus, perlu disucikan dari berbagai penyakit yang sudah kita sebutkan
di atas tadi, sehingga dia bisa berfungsi dengan baik untuk menerima dan
memberikan perintah (kepada anggota tubuh yang lain) .
Penyakit-penyakit hati yang
kita sebutkan tadi punya hubungan yang sangat erat dengan kondisi ummat kita
sekarang ini, musuh kita belomba-lomba untuk menghancurkan kita seperti
berlomba-lombanya hewan berebut makanan, kita tak ubahnya seperti buih yang
banyak, kita telah menjadi santapan yang empuk, menjadi buruan yang gampang
diambil oleh para musuh. Kemudian kita berkata : Kenapa semua ini bisa
terjadi?. Ketahuilah semua itu karena kita juga.
Kelemahan yang kita rasakan,
kekalahan, kehinaan kita dalam pandangan bangsa lain adalah karena penyakit
yang kita derita, sehingga terjadilah perpecahan dalam barisan kita, kesatuan
yang terkoyak dan kita saling menyalahkan, padahal seharusnya kita tegas menghadapi
musuh, saling membantu diantara sesama kita. Tapi kita justru sebaliknya
membalik ayat tersebut, betapa banyak keadaan yang kita putar balikkan, kenapa
kita justru berburuk sangka kepada saudara kita...?. Carilah alasan yang baik
(terhadap kesalahan saudara kita), kalau kamu tidak mendapatkan alasan yang
wajar (masuk akal) maka katakanlah : barang kali dia punya alasan (melakukan
itu) yang tidak saya ketahui, atau paling tidak salahkan hatimu sendiri dan
katakan : wahai hati, betap kasarnya perasaanmu ini !!.
Kenapa sebagian kita iri dan
dengki kepada yang lain ?, bukankah cita-cita kita satu? Bukankah masing-masing
kita berjuang disalah satu medan juang Islam?. Kamu – wahai saudara – adalah
salah satu benteng Islam, maka jangan sampai musuh masuk melewati daerah yang
kamu jaga, kalau seandainya kamu tergelincir (dalam menjaga Islam) maka akupun
akan ikut tergelincir dan semua kita akan tergelincir, karena kita semua
bergandengan tangan dalam satu barisan untuk memperjuangkan sebuah bangunan,
kalau ada salah seorang diantara kita terjatuh, maka semua (bertanggung jawab)
membangunkannya dan menutupi kelemahannya untuk menjaga keutuhan bangunan dari
keruntuhan yang akan datang saling menyusul. Kalau ada diantara kita yang
tergelincir maka kita sama-sama menolongnya untuk bangun lagi, jangan sampai
kita justru menjadi penolong syaitan dalam hal ini.
Demi kemashlahatan kita
bersama maka kita harus saling membantu sehingga kita tetap kuat, cita-cita
tetap terjaga dan terus berkembang dengan baik. Suatu hari Umar bin Khattab
Radiyallahu 'anhu bertanya tentang orang lain yang dikenalnya, maka dikatakan
kepadanya : orang tersebut sedang di luar Madinah meminum minuman keras, maka
Umar menulis surat kepadanya yang isinya : Sungguh segala puji bagi Allah,
tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Dia maha Pengampun segala dosa,
Penerima taubat dan sangat keras hukuman-Nya. Maka laki-laki itu senantiasa
mengulang-ngulangi membaca surat Umar tersebut dan dia menangis... sampai
akhirnya dia pun taubat. Tatkala beritanya sampai kepada Umar, dia pun berkata
: Itulah seharusnya yang kalian lakukan, kalau ada saudara kalian yang
tergelincir maka luruskan dan bantulah dia serta berdoalah semoga Allah
mengampuninya dan menerima taubatnya, janganlah kalian menjadi pembantu syetan
dalam hal ini.
Akhirnya saya berani
mengatakan : Bangkitlah wahai (para pengganti) Shalahuddin, selamatkanlah ummat
dari kondisi sekarang ini ?!. Apakah para ibu sudah tidak sanggup lagi atau
sudah menjadi mandul untuk melahirkan Shalahuddin pada masa sekarang ini ?.
Kenapa kita tidak membuat strategi dan perencanaan yang bagus sebagaimana
yang dilakukan oleh Shalahuddin ketika
membebaskan AL-Aqsha ?. Sesungguhnya Sunnatullah berlaku di muka bumi ini
sebagaimana Sunnah-Nya juga berlaku kepada hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mau berusaha untuk
mengubah diri mereka sendiri.
Permasalahan yang kita hadapi
sangat riskan dan sulit, maka kita harus menghidupkan hati kita masing-masing,
memperbaiki hubungan diantara kita untuk kembali menyatukan barisan menuju
kebangkitan ummat kembali.
Bersihkan Hati, Jauhi Dengki
Hati adalah tempat lahirnya
niat atau hasrat untuk bertindak. tempatnya taqwa juga dihati.Dalam haditsnya
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berkata "Attaqwa Haahunaa".
Artinya, Taqwa itu disini, seraya Rasulullah menunjuk dadanya.
Orang kerap mengatakan,
menilai orang yang terpenting adalah hatinya.Itu Bisa Benar, karena Allah
shubhaana wa taala memang tidak menilai apapun dari dikita kecuali hati dan
amal.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam bersabda, sesungguhnya Allah tidak menilai bentuk tubuhmu, suaramu,
tidak juga rupamu, tapi ia menilai hati dan amalmu.” Hati yang bersih,
terhindar dari semua penyakit hati yang paling berbahaya adalah dengki.
Yang dimaksud disini, adalah
sifat yag menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh orang lain, dan tak ingin
oleh orang lain memiliki hal tersebut. Ini termasuk sikap yang curang. Sikap
seperti itu kerap diistilahkan hasad, dan Rasulullah sangat melarang ummatnya
memendam hasad.
Hati adalah tempat atau pusat segala perasaaan
(emosi). Rasa sedih, senang, marah, benci, dendam dengki, cinta dan sebagainya
ada dalam hati. Kondisi hati berpengaruh kuat pada kondisi badan atau anggota
tubuh yang lain. Maka dengan itu diupayakan agar jangan sampai hati kita
menjadi sakit. Beberapa penyakit hati selain dengki adalah takabur (sombong),
riya (pamer), bakhil (pelit,kikir), serta wahn (cinta dunia dan takut mati)
yang membuat kita menghindari atau lari dari jalan Allah.
Hasad digambarkan Nabi ibarat
api yang memakan kayu bakar. Kebaikan itulah yang diandaikan kayu bakar, saat
kita dengki, maka semua kebaikan kita akan habis, terbakar seperti kayu bakar.
Sungguh sayang jika kebaikan tersebut itu hilang dan tak berarti. Cara yang
paling mudah keluar dari lilitan kedengkian semacam ini, salah satunya dengan
selalu mengharapkan kebaikan bagi orang lain.
Cintailah orang lain seperti
mencintai diri sendiri. Dengan begitu kita tidak akan menyakitinya. Nabi pernah
mengatakan, “Tidak sempurna keimanan seseorang di antara kalian, sebelum ia
mencintai sesuatu pada saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri.”Rasul juga menegaskan orang-orang Muslim itu satu tubuh, salahsatunya
sakit yang lain ikut sakit.
Dalam keseharian, sifat dengki
memuncak manakala kita selalu iri dengan orang lain, sementara diri tidak punya
daya meraih apa yang diperoleh orang tersebut.
Misalnya, sempatkan mengunjungi rumah sakit, rumah-rumah kumuh, dan di beberapa tempat banyak orang miskin terkumpul. Niscaya, hati bias ikut tersiram dan tergugah. Perlahan-lahan kesombongan dan dengki itu akan terkikis. Lain dengan sifat iri meraih ilmu setingi-tinginya , ini iri satu-satunya yang baik. Tapi, jangan pernah mengharapkan orang lain menjadi bodoh.
Misalnya, sempatkan mengunjungi rumah sakit, rumah-rumah kumuh, dan di beberapa tempat banyak orang miskin terkumpul. Niscaya, hati bias ikut tersiram dan tergugah. Perlahan-lahan kesombongan dan dengki itu akan terkikis. Lain dengan sifat iri meraih ilmu setingi-tinginya , ini iri satu-satunya yang baik. Tapi, jangan pernah mengharapkan orang lain menjadi bodoh.
Bulan Ramadhan, sangat tepat
untuk mengaplikasikan amalan-amalan yang sifatnya bukan untuk duniawi semata.
Hilangkan dengki, agar amalan tidak berkurang. Dan selalu mengharapkan yang
terbaik buat orang lain.(Muhammad Ikhwan Abdul Jalil).